Aneka Tipe TBC

Minggu, 04 Agustus 2013

Merebaknya kasus tuberkulosis (TBC) di Indonesia bukan hanya meresahkan, namun juga membingungkan. Mengapa? Karena terdapat banyak sekali klasifikasi TBC di literatur kedokteran. Sehingga bukan suatu hal yang aneh jika ada beragam aneka tipe TBC.
Marilah kita coba membahas satu per satu aneka tipe TBC sesuai dengan literatur dan tanpa adanya batas atau perbedaan yang bermakna. Nah, inilahaneka tipe TBC itu:
  1. Tuberkulosis (TBC) paru. TBC paru adalah penyakit tuberkulosis yang menyerang jaringan paru-paru, namun tidak menyerang selaput pembungkus paru-paru, yaitu pleura. Tipe TBC ini banyak sekali dijumpai di masyarakat. TBC tipe ini masih dibagi lagi menjadi TBC yang diperiksa berdasarkan hasil pemeriksaan dahak. Misalnya: TBC paru BTA positif dan TBC paru BTA negatif. TBC paru ada juga yang dibedakan berdasarkan tipe pasien yang telah dirawat sebelumnya. Ada yang dinamakan TBC kasus baru, TBC kasus kambuh (relaps), TBC kasus defaulted atau drop out, TBC kasus gagal, dan TBC kasus kronis (menahun) atau persisten.
  2.  TBC ekstra paru. Maksudnya TBC yang menyerang berbagai organ tubuh lainnya selain paru-paru. Misalnya menyerang selaput pembungkus paru-paru, selaput pembungkus otak dan otak, tulang, kelenjar getah bening, selaput pembungkus jantung (perikardium), organ pencernaan termasuk usus, kulit, ginjal dan saluran kemih, sistem persendian, organ kelamin, dan sebagainya.
  3. TBC milier. Istilah “milier” berarti mirip butiran padi atau jewawut. Dinamakan demikian karena memang ukuran lesinya kecil. TBC ini adalah hasil dari penyebaran TBC melalui penyebaran melalui aliran darah diikuti dengan “gerombolan” kuman yang relatif besar.
  4. TBC endobronkial. TBC jenis ini sering dijumpai pada anak, dapat terjadi dalam waktu tiga hingga sembilan bulan. TBC ini menyerang sistem saluran pernafasan yang disebut bronkus. TBC ini termasuk berat atau relatif sulit diobati karena sering disertai komplikasi.
  5. TBC diseminata. TBC tipe ini adalah hasil menyebarnya kuman TBC melalui pembuluh darah. Sering terjadi pada penderita yang sistem imun atau daya tahan tubuhnya rendah. Misalnya pada anak dan balita. TBC ini muncul sekitar dua hingga enam bulan setelah terjadi infeksi.
Demikian uraian tentang aneka tipe TBC. Semoga bermanfaat.

Sumber : http://artikeltentangkesehatan.com

TBC dan Hidup Normal

Penderita TBC pastilah membayangkan kondisi atau keadaan dengan TBC dan hidup normal. Ia pastilah tidak mau lekas meninggal dunia dan masih berharap usianya dapat produktif dan terus berkarya demi kemajuan bangsa dan negara ini. Ia juga berharap bisa cepat sembuh dan sebisa mungkin tidak usah mengkonsumsi obat. Secara psikologis, penderita TBC tidak mau diasingkan apalagi dikucilkan dari lingkungan pergaulannya.
Kondisi TBC dan hidup normal mudah sekali dirasakan penderita TBC. Dengan niat yang sungguh-sungguh disertai tekad serta kemauan yang kuat, apa sih yang tidak mungkin dilakukan? Nah, berikut ini tips TBC dan hidup normal:
  1. Minumlah obat secara teratur. Meskipun terasa berat, yaitu selama enam bulan berturut-turut, tapi hal ini memang sudah menjadi kewajiban penderita TBC agar dapat sembuh sempurna. Upaya dari Depkes juga sudah maksimal, yaitu memberikan pendamping atau pengawas minum obat. Jadi ini untuk memastikan bahwa penderita benar-benar meminum obat secara teratur dan tidak terlupa satu hari pun.
  2. Menjaga stabilitas dan meningkatkan imunitas atau sistem kekebalan tubuh. Selain dengan vaksinasi BCG, maka banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan imunitas tubuh. Berolahraga secara teratur, makan teratur, istirahat teratur, makan cukup buah dan sayur. Melakukan dietempat sehat lima sempurna. Mengkonsumsi vitamin dan mineral secara teratur, tentunya perlu berkonsultasi ke dokter agar dosisnya tepat.
  3. Pakailah tisu atau sapu tangan saat bersin atau batuk. Ini untuk mencegah orang lain tertular TBC. Tentunya sapu tangan itu harus sering-sering dicuci agar tidak terjadi autoinfeksi, yaitu diri sendiri tertular lagi oleh bakteri penyebab TBC (Mycobacterium tuberculosis).
  4. Hindari jajan di sembarang tempat. Mengapa tidak boleh? Karena bila penderita TBC sakit, maka penyakit TBC yang dideritanya tidak mudah untuk disembuhkan, bahkan cenderung menjadi berat, meskipun telah minum obat.
  5. Membatasi diri untuk berinteraksi dengan banyak orang, anak kecil, bayi, dan balita. Bukannya minder, melainkan ini juga agar tidak banyak orangyang tertular penyakit TBC.
Setelah membaca uraian di atas, maka TBC dan hidup normal mudah sekali dilakukan. Kuncinya sederhana: hidup sehat dan seimbang. Benar, kan?
Sumber : http://artikeltentangkesehatan.com

TBC dan Hubungannya dengan HIV/AIDS

Di belahan dunia sana, tepatnya di dataran benua Afrika, penyakit TBC merupakan salah satu penyebab kematian pada penderita infeksi HIV/AIDS. Bahkan di Amerika, sekitar 63% penderita HIV juga terinfeksi bakteri TBC. Mengapa demikian? Bagaimana TBC dan hubungannya dengan HIV/AIDS? Simak penjelasan berikut ini.
Pasien penderita infeksi HIV/AIDS mempunyai daya tahan tubuh yang sangat rendah. Hal ini karena virus HIV yang ada di tubuhnya menyerang sistem kekebalan tubuhnya. Akibatnya, selemah apa pun penyakit yang menyerang tubuhnya, sistem kekebalan tubuhnya bahkan tidak bisa menangkal. Apalagi terhadap serangan bakteri TBC yang sangat kuat. Penderita penyakit infeksi HIV/AIDS sudah pasti akan menyerah. Dengan begitu, dia pasti akan menjadi penderita penyakit TBC aktif yang parah. Dan tak heran, penyakit ini akhirnya membawa mereka pada kematian.
Pengujian ada tidaknya penyakit dalam tubuh pasien HIV/AIDS dilakukan dengan tes tuberculin dan juga tes darah sedini mungkin. Sebagaimana tadi dijelaskan, hal ini karena mereka merupakan kalangan yang berisiko tinggi terkena infeksi bakteri penyebab penyakit TBC. Tak hanya untuk mencari peyakit TBC aktif, TBC laten pun harus selalu dipantau. Sehingga pengecekan penyakit TBC dilakukan setiap tahun.
Pencegahan TBC pada penderita HIV/AIDS dilakuan dengan program multidrug resisten TBC (MDR TBC). Obat yang diberikan setidaknya ada dua jenis, yaitu isoniasid dan juga rifampin. MDR TBC merupakan sebuah program pengobatan yang sangat sulit. Program ini juga sangat fatal (mematikan). Akan tetapi demi kesembuhan penyakit TBC pada penderita HIV/AIDS, setiap negara harus melakukannya.
Sebagai bentuk kelanjutan dari program MDR TBC, di Amerika ada program pencegahan TBC yang cukup ekstrim. Namanya adalah directly observed therapy (DOT). Yaitu sebuah pencegahan/pengobatan para pekerja kesehatan yang menangani pasien kasus TBC agar selalu sehat. Pengonsumsian obatnya dilakukan dengan pengawasan secara langsung saat mereka mengonsumsinya.
Oleh karena penderita penyakit TBC dan hubungannya dengan HIV/AIDS sangat dekat, penderita HIV/AIDS mendapatkan pengawasan yang ketat. Hal ini tentu saja agar pasien HIV AIDS tidak terancam meninggal akibat komplikasi penyakit TBC.
Itulah penjelasan berbagai hal. Baik mengenai TBC dan hubungan dengan HIV/AIDS maupun yang lainnya. Semoga bermanfaat.

Sumber : http://artikeltentangkesehatan.com

Penyakit TBC bisa menimpa siapa saja. Tak terkecuali dengan ibu hamil. Bahkan, ibu hamil yang memang sedang dalam keadaan rentan akibat daya tahan tubuhnya yang sedang menurun, sangat berisiko terkena serangan TBC. Baik TBC laten maupun TBC aktif. Seperti apakah risiko TBC dan kehamilan itu? Yuk kita simak semuanya dalam uraian berikut ini.
Seorang ibu yang sedang hamil dan mengidap penyakit TBC, jika TBC-nya itu tidak diobati dengan benar, dia akan berisiko melahirkan bayi yang prematur atau melahirkan bayi yang berpenyakit TBC juga.
Untuk mengetahui ada tidaknya penyakit TBC pada tubuh ibu hamil, perlu dilakukan pengetesan. Tesnya berupa tes tuberculin, tes ada tidaknya bakteri Mycobacterium tuberculosis di dalam darah, atau tes yang lainnya. Akan tetapi utuk ibu hamil lebih aman menggunakan tes darah. Tes ini bisa memberikan hasil positif tidaknya ibu hamil terinfeksi TBC baik fase laten maupun fase aktif.
Pengobatan TBC untuk ibu hamil dan orang biasa itu berbeda. Hal ini didasarkan pada tingkat bahaya tidaknya obat terhadap janin bayi yang dikandungnya. Dokter biasanya memberikan obat berupa isoniasid (INH) setiap hari atau 2 kali seminggu selama 9 bulan kehamilan untuk ibu hamil yang menderita TBC laten (Laten TB Infection = LTBI). Selain itu, mereka juga diberi suplemen piridoksin (vitamin B6). Adapun untuk ibu hamil penderita penyakit TBC aktif, dokter biasanya memberi INH, rifampin (RIF), dan juga etambutol (EMB) setiap hari selama 2 bulan yang diikuti INH dan RIF per hari atau dua kali seminggu selama  bulan berikutnya.
Dokter mengatakan bahwa selain obat-obatan yang tersebut di atas, obat lain akan membahayakan janin di dalam perut ibunya. Misalnya saja seperti sterptomisin, kanamisin, amikasin, kapreomisin, dan fluoroquinolones. Sehingga jika sakit apapun, tak hanya TBC, ibu hamil harus selalu berkonsultasi dengan dokter mengenai obat yang dikonsumsinya.
Pengobatan TBC dan kehamilan berlanjut setelah si ibu melahirkan. Jika si ibu hamil yang menderita TBC laten melahirkan, dia masih bisa menyusui bayinya dengan ASI. Hal ini karena konsentrasi obat yang ada di dalam ASI-nya sangat sedikit untuk menyebabkan racun. Dan ini juga berarti tidak efektifnya pengobatan bayi yang mengidap TBC laten melalui ibunya lewat ASI. Jadi di sini, walau pun si ibu menyussi, jika si ibu belum sembuh TBC-nya, si ibu bisa mengonsumsi INH dan juga piridoksin.

Lain halnya jika si ibu menderita TBC aktif, apalagi sudah di level parah. Tidak memberi ASI ditengarai bisa menjadi jalan yang aman buat bayinya. Tentu saja karena obat yang dikonsumsinya berkemungkinan menjadi racun bagi bayinya.
Itulah sekelumit hal tentang TBC dan kehamilan. Semoga bermanfaat.

Sumber : http://artikeltentangkesehatan.com

Penyebab Penyakit TBC

Penyebab penyakit TBC adalah bakteri yang disebut Mycobacterium tuberculosis. Nama lainnya adalah Tubercle bacillus Koch 1882. Bakteri ini pertama kali berhasil diidentifikasi oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882. Permukaan bakteri ini dilapisi lemak yang terbuat dari asam mikolat. Uniknya lagi, bakteri ini bersifat sangat aerobic, yaitu: sangat memerlukan kadar oksigen yang tinggi untuk metabolisme tubuhnya.
Bila dilihat dari taksonominya, bakteri penyebab penyakit TBC ini termasuk kerajaan Bacteria, filum Actinobacteria, kelas Actinobacteria, ordo Actinomycetales, subordo Corynebacterineae, famili Mycobacteriaceae, dan genus Mycobacterium.
Selain penyebab penyakit TBC, ada hal lain yang juga berperan penting di dalam perkembangan penyakit TBC, yaitu: faktor risiko. Ada berbagai faktor risiko lingkungan yang berperan penting sehingga bagi masyarakat awam, hal ini seolah juga merupakan penyebab penyakit TBC.
  1. Ventilasi rumah. Penderita TBC cenderung tidak memiliki sistem ventilasi rumah yang baik. Sehingga memudahkan berkembangnya bakteri penyebab penyakit TBC.
  2. Perilaku penderita atau masyarakat yang tidak menutup mulut saat batuk, padahal TBC ditularkan melalui udara dan percikan air liur atau dahak pada saat batuk.
  3. Pencahayaan. Banyak sekali rumah penderita TBC yang memiliki pencahayaan yang buruk, bahkan banyak yang tidak ada pencahayaan sama sekali. Seperti rumah-rumah di pemukiman kumuh. Tentunya hal ini amat disayangkan, sebab mudah sekali memperberat TBC.
  4. Suhu dan kelembaban. Suhu dan kelembaban rumah penderita TBC biasanya tidak memenuhinya persyaratan untuk disebut sebagai rumah sehat. Perlu diketahui, rumah sehat memiliki suhu rata-rata 30,84 derajat Celsius dan kelembaban rata-rata 70,38%.
Melemahnya sistem imun atau kekebalan tubuh juga merupakan salah satu faktor risiko yang memperberat penyakit TBC. Beberapa diantara penyakit dan medikasi atau obat-obatan yang dapat melemahkan sistem imun itu antara lain: HIV/AIDS, usia lanjut, malnutrisi atau kurang gizi, kencing manis atau diabetes mellitus, beberapa obat untuk mengobati radang sendi (rheumatoid arthritis), penyakit Crohn, dan psoriasis, obat-obatan untuk mencegah penolakan (rejeksi terhadap berbagai organ yang ditransplantasikan), dan kondisi penyakit ginjal stadium akhir.

TBC Kelenjar pada Anak

Salah satu tindakan pencegahan terhadap penyakit TBC pada anak adalah dengan memberikan suntikan vaksin BCG ketika anak masih kecil. Suntikan ini sebagai bagian dari rangkaian pemberian imunisasi pada anak yang dicanangkan oleh pemerintah. Penyakit TBC ini punya berbagai macam jenisnya, diantaranya adalah TBC kelenjar.

Apakah Anda tahu yang dimaksud dengan TBC kelenjar pada anak?

Penyakit TBC tidak hanya menyerang bagian paru-paru saja. Bisa juga menyerang bagian kelenjar getah bening yang gejalanya bisa dilihat di bagian leher. Bukan hanya orang dewasa yang harus waspada pada penyakit ini. Anak lebih rentan terkena berbagai macam penyakit dan penyakit TB ini bisa muncul akibat anak menghirup udara yang mengandung bakteri TB. Namun begitu, TB pada anak tidak menular.
Bakteri TB yang menginfeksi tubuh anak berada di dalam kelenjar dan tidak dalam keadaan terbuka. Berbeda dengan TB pada orang dewasa, berada di bagian paru-paru sehingga memiliki jalan keluar melalui nafas. Anak biasanya terinfeksi kuman atau bakteri TB ini dari orang dewasa yang punya penyakit TB kemudian batuk atau percikan ludahnya memenuhi udara yang sama dimana anak tersebut berada.
TBC kelenjar pada anak bisa dilihat jika anak mengalami pembengkakan di bagian lehernya. Bengkaknya bisa melebihi orang yang punya penyakit gondok. Bisa juga bengkak tersebut pecah kemudian mengeluarkan nanah dan darah. Kondisi ini disebut sklofuloderma. Untuk meyakinkan apakah gejala pembengkakan itu benar penyakit TB maka pasien harus menjalani berbagai pemeriksaan sesuai saran dokter.
Pemeriksaan lab akan dilakukan dengan teliti karena tingkat penderita TBC kelenjar di Indonesia termasuk tinggi. Dokter akan melakukan pemeriksaan histopatologi pada kelenjar getah bening untuk memastikan adanya penyakit ini. Gejala awal penyakit ini tidak terlalu terlihat karena gejalanya biasa saja seperti penyakit flu biasa. Demam akan muncul namun tidak terlalu tinggi, biasanya sekitar 38 derajat celcius Anak dengan TBC kelenjar akan merasakan tidak enak badan, berkeringat di malam hari dan mengalami penurunan berat badan yang cukup signifikan.

Namun perlu diperhatikan, gejala yang biasa seperti ini akan membaik hanya sesaat dan setelah itu pasien akan tetap merasa lelah dan tidak enak badan berkelanjutan. Jadi jangan terlalu cuek karena TBC kelenjar pada anak punya gejala awal yang biasa, tidak unik. Mari, jaga kesehatan anak.

Sumber :  http://artikeltentangkesehatan.com

Kenali Gejala TBC pada Anak

Tuberculosis atau biasa disingkat TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri bernama Mycobacterium tuberculosae. Bakteri ini akan menginfeksi organ pernafasan, terutama paru-paru. Namun TBC juga tidak hanya menginfeksi organ dan saluran pernafasan saja. Kulit dan selaput otak atau myelin juga dapat terinfeksi oleh bakteri ini. Tuberculosis menyerang manusia tanpa memandang jenis kelamin ataupun usia. Mulai dari bayi sampai manusia lanjut usia rentan terkena penyakit ini. Adapun tanda-tanda TBC pada anak tidak sulit dikenali. Untuk itu mari kita kenali gejala TBC pada anak.
Gejala paling umum yang pasti muncul adalah demam. Timbulnya demam merupakan pertanda masa inkubasi dari basil penyebab TBC. Demam yang timbul pada umumnya tidak terlalu tinggi sehingga terkadang dikira hanya demam influenza biasa. Gejala lain yang mungkin timbul adalah berkurangnya nafsu makan anak. Bahkan pada beberapa kasus anak tidak mau makan sama sekali. Anak juga mengalami penurunan berat badan secara drastis. Gangguan pada gizi terjadi hampir di semua kasus TBC anak. Hal tersebut berhubungan erat dengan rendahnya selera makan anak.
Sebagai orang tua, harus sigap kenali gejala TBC pada anak ini karena tidak sedikit orang tua yang sekedar mengira anaknya tidak mempunyai nafsu makan dan tidak mencari tahu penyebabnya. Kondisi lain adalah gejala tubuh anak yang lemas tidak memiliki daya atau kekuatan, nampak selalu kelelahan dan tidak bergairah, lambat di dalam beraktivitas serta terkesan menutup diri.
Gejala yang cukup khas untuk dikenali pada kasus TBC anak adalah adanya batu kronis dan berulang. Batuk dengan durasi lama ini tidak mengeluarkan dahak dan merupakan gejala serangan asma. Selanjutnya terjadi diare yang berulang pada anak juga menjadi salah satu pertanda bahwa anak terkena TBC.
Namun untuk lebih memastikan apakah benar anak terkena TBC atau penyakit lain adalah dengan melakukan tes laboratorium. Akan tetapi tetap harus kenali gejala TBC pada anak untuk dapat dilakukan antisipasi berikut penanganan secara tepat terhadap penyakit yang diderita oleh anak. Dan yang paling utama jangan lupa untuk melakukan imunisasi BCG yang merupakan salah satu upaya mencegah infeksi bakteri tuberculosis.

Sumber : artikeltentangkesehatan

Penyakit TBC Paru dan Gejala Penyakit TBC Paru

Tuberkulosis atau di sebut juga penyakit TBC Paru disebabkan oleh bakteri yang dikenal sebagai mycobacteria. Tuberkulosis dapat menyerang paru-paru, sistem saraf pusat, sistem limfatik, sistem sirkulasi, sistem saluran kemih dan genital, sistem pencernaan, tulang, sendi dan kulit
Nama spesifik bakteri yang menyebabkan tuberkulosis ( TBC Paru) adalah mycobacteria tuberkulosis.
Gejala penyakit Tuberculosis (TBC Paru) sebagai berikut ini :


  1. Batuk kronis
  2. Batuk berdahak dan keluar darah
  3. Berkeringat di malam hari
  4. Demam dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
Tuberkulosis (TBC) sangat mudah menyebar melalui udara. Orang-orang dengan penyakit Tuberculosis dapat menularkan penyakitnya melalui udara ketika mereka batuk, meludah atau bersin.
Beberapa test yang dilakukan sebagai penunjang diagnosa penyakit Tuberculosis:
  1. Sinar-x dada
  2. Test darah
  3. Pemeriksaan mikroskopis.
Tuberkulosis adalah penyakit yang telah mempengaruhi tidak hanya manusia, tetapi juga binatang selama lebih dari 18.000 tahun, Para ilmuwan juga telah menemukan strain Tuberculosis menyebar pada tahun 18.000 tahun yang lalu
Dokter pertama yang mengidentifikasi tuberkulosis sebagai penyakit menular adalah Ibnu Sina pada tahun 1020SM.
Pada tahun 1987, kasus tuberkulosis di Britania Raya menempati urutan yang ke 5.000 setelah menempati urutan ke 117,000 pada tahun 1913. Tapi kemudian pada tahun 2000 jumlah kasus naik lagi ke 6,300 dan jumlah itu meningkat lagi pada 2005 yaitu mencapai 7,600 kasus Tuberculosis
Biasanya, penyakit TBC Paru disebabkan oleh bakteri yang menyebar ke paru-paru dan menginfeksi daerah itu. Jika Anda berhubungan dengan orang-orang yang memiliki penyakit TBC atau jika Anda memilikidiet yang buruk dan tidak sehat, maka Anda memiliki kesempatan yang lebih tinggi untuk menderita penyakit TBC. Juga jika Anda tinggal di daerah yang sangat ramai, kemungkinannya sangat besar sekali anda menderita penyakit TBC. Dan di seluruh masyarakat pada umumnya, jika terdapat kasus tingginya penyakit HIV dan peningkatan rakyat miskin, maka TBC akan lebih mungkin sekali terjadi.

Sumber : http://artikeltentangkesehatan.com

Penularan TBC

Penyakit TBC sudah kita kenal sejak lama. Penyakit yang satu ini menyerang siapa saja tanpa pandang bulu. Pria, wanita, tua, muda, hingga anak-anak berisiko tertular penyakit ini. Walaupun demikian, orang dengan kondisi sistem kekebalan tubuh yang lemahlah yang paling berpotensi terkena penyakit ini.
Stigma yang berkembang di masyarakat kita tentang penyakit TBC adalah sebuah penyakit turunan. Stigma ini tentu saja salah karena penyakit TBC bukanlah penyakit genetis yang terpaut gen apa pun. Hal yang benar mengenai penyakit TBC adalah penyakit menular. Jadi, seorang ibu hamil yang mengidap TBC tidak akan menurunkan penyakit ini kepada anaknya. Kalau pun nanti anaknya berpenyakit sama, itu adalah hasil penularan TBC dari ibunya.
Kenyataan bahwa penyakit TBC adalah penyakit yang menular membuat penyakit TBC berkontribusi besar dalam menduduki posisi atas sebagai penyakit dengan jumlah kasus tertinggi dari tahun ke tahun. Dan tentu saja, ketidaktahuan serta keterlambatan penanganan akan penyakit ini, membuat penderita semakin banyak yang akhirnya berujung pada kematian. Untuk bisa mengurangi dan menekan jumlah kasus yang terjadi, kita harus mengetahui segala sesuatu mengenai penularan TBC tersebut. Seperti apa cara penularan TBC tersebut?
Penyakit TBC menular dari satu penderita TBC ke calon penderita lain. Hal ini diakibatkan oleh adanya bakteri Mycobacterium tuberculosis yang masuk ke dalam tubuh calon penderita. Bakteri tersebut bisa didapat melalui kontak dengan air liur yang mengandung bakteri TBC atau juga melalui udara yang tercemar bakteri TBC secara langsung atau tidak langsung. Kedua media ini (liur atau udara yang tercemar) biasanya ke luar dari penderita TBC paru-paru ketika batuk.

Secara langsung, udara dan air liur langsung masuk ke tubuh calon penderita. Sedangkan tidak langsung, udara dan air liur masuk melalui perantara, misalnya gelas bekas minum. Perlu diingat, penularan TBC seperti ini hanya terjadi pada penderita TBC paru-paru. Jika seseorang menderita TBC pada bagian selain paru-paru (misalnya TBC kelenjar getah bening), kemungkinan dia untuk menularkan penyakitnya melalui air liur dan udara sangatlah kecil. Ini tentu saja terkait dengan keterlibatan paru-paru di dalam sistem pernapasan.


Penanganan Terkini TBC Pada Anak

TBC pada anak bukanlah penyakit yang menular karena kuman hanya berkembang biak di kelenjar paru-paru jadi tidak terbuka. Hal itu tentu sangat berbeda dengan TBC pada orang dewasa yang bisa menular melalui kontak udara maupun badan dengan penderita.
Anak dengan kondisi gizi buruk atau memiliki sistem imunitas yang lemah sangat rentan untuk tertular kuman TBC. Untuk upaya pencegahan lebih dini agar anak tidak terinfeksi kuman TBC, maka disarankan kepada orang tua untuk memberi vaksin BCG pada anak, terutama setelah dilahirkan.
TBC pada anak bisa berbahaya kalau tidak ditanggulangi dengan benar, karena kuman yang masuk ke saluran napas dapat menyebar ke seluruh tubuh seperti selaput otak, hati, ginjal, tulang. Namun, selama daya tahan tubuh anak dalam keadaan baik maka kuman TBC akan berdiam diri dan baru bereaksi ketika daya tahan anak menurun.
Penanganan terkini TBC pada anak dimulai dari diagnosis TBC pada anak. Namun sebenarnya sangat sulit untuk dapat mendiagnosa Tuberculosis yang menyerang anak-anak yang lebih kecil. Padahal diagnosis tepat TBC sangatlah penting untuk menemukan adanya Mycobacterium tuberculosis yang hidup dan aktif dalam tubuh anak yang diduga TBC. Caranya yang paling mudah adalah dengan melakukan tes dahak. Namun hal itu tidak bisa dilakukan dengan uji dahak, karena anak yang menderita TBC biasanya tidak mengalami batuk berdahak. Untuk itu dilakukan cara lain untuk mendiagnosis kuman TBC pada anak, yakni melalui gambaran klinis, foto rontgen dada dan uji tuberculin atau uji mantoux. Jika mengandalkan hasil foto rongent dada, maka tidak akan ditemukan diagnosa yang tepat karenanya perlu dilakukan uji tuberculin. Nah, jika hasil Uji Tuberkulin positif, maka hal tersebut menunjukkan adanya infeksi TB.
Untuk itu, biasanya dokter akan menerapkan penanganan terkini TBC pada anak, yakni mengharuskan anak yang terinfeksi TBC untuk menjalani pengobatan TBC menggunakan tiga macam obat, yaitu INH, Rifampicin dan Pirazinamide. Pemberian obat INH dan Rifampicin selama dua bulan, dan Pirazinamide selama empat bulan, sehingga minimal pemberian obat sama dengan orang dewasa, yaitu enam bulan.
Selain mengetahui tentang penanganan terkini TBC pada anak, masyarakat juga harus memahami bahwa Penyakit TBC merupakan penyakit infeksi yang artinya, pasti ada sumber penularnya. Jadi, apabila kita mendapati seorang anak menderita TB aktif, maka langkah efektif yang harus dilakukan untuk mencegah penyebaran TBC kepada anggota keluarga yang lain adalah dengan memeriksa seluruh anggota keluarga dan orang dewasa lain yang memiliki kontak dekat dengan si anak yang menderita TB aktif. Hal itu berguna untuk mencari sumber penularan TBC, dan jika sudah ketemu maka penderita harus segera diobati, agar rantai penularan dapat dihentikan sedini mungkin.

 
Copyright 2010 Info Kesehatan Medis & Non Medis. All rights reserved.
Themes by Ex Templates Blogger TemplatesCoolbthemes.com - Home Recordings - Studio Rekaman