SARANG SEMUT PAPUA (MYRMECODIA PENDANS), Keajaiban dari Tanah Papua!

Senin, 02 September 2013

Penyakit yang Dapat Disembuhkan

Secara empiris Sarang Semut telah terbukti dapat meyembuhkan beragam penyakit ringan dan berat, seperti kanker dan tumor, asam urat, jantung koroner, wasir, TBC, migren, rematik dan leukemia. Mengenai mekanisme kerja kandungan senyawa aktif Sarang Semut dalam mengobati berbagai penyakit tersebut memang masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Beberapa penyakit yang bisa disembuhkan dan kemungkinan senyawa aktif yang berperan menaklukkan penyakit tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Kanker dan tumor

Jenis-jenis kanker dan tumor, baik jinak maupun ganas, yang dapat disembuhkan dengan Sarang Semut adalah kanker otak, kanker hidung, kanker payudara, kanker lever, kanker paru-paru, kanker usus, kanker rahim, kanker kulit, kanker prostat, serta kanker darah (leukemia), kecuali kanker tenggorokan dan rongga mulut.

Kemampuan Sarang Semut secara empiris untuk pengobatan berbagai jenis kanker/tumor tersebut diduga kuat berkaitan dengan kandungan flavonoidnya. Ada beberapa mekanisme kerja dari flavonoid dalam melawan tumor/kanker, misalnya inaktivasi karsinogen, antiproliferasi, penghambatan siklus sel, induksi apoptosis dan diferensiasi, inhibisi angiogenesis, dan pembalikan resistensi multi-obat atau kombinasi dari mekanisme-mekanisme tersebut.

2. Gangguan jantung, terutama jantung koroner

Hingga kini mekanismenya memang belum jelas, tetapi kemampuan Sarang Semut untuk pengobatan berbagai macam penyakit/gangguan jantung ada kaitannya dengan kandungan multi-mineral Sarang Semut, terutama kalsium dan kalium.

3. Stroke ringan maupun berat

Pengobatan stroke kemungkinan sangat berkaitan dengan kandungan multi-mineral yang terkandung dalam Sarang Semut.

4. Ambeien (wasir)

Kemampuan Sarang Semut untuk pengobatan ambeien (wasir) berkaitan dengan kandungan flavonoid dan taninnya yang tinggi. Kedua golongan senyawa ini dalam beberapa penelitian memang sudah terbukti dapat mengobati wasir.

5. Benjolan-benjolan dalam payudara

Yang dimaksud dengan benjolan-benjolan pada payudara adalah pembengkakan bukan tumor (non-neoplasma). Diduga kuat mekanisme penyembuhannya serupa dengan kasus tumor dan kanker, yaitu dengan mengandalkan kemampuan kandungan flavonoid yang terkandung dalam Sarang Semut.

6. Gangguan fungsi ginjal dan prostat

Mekanisme pengobatan gangguan fungsi ginjal dan prostat kemungkinan ada kaitannya dengan kandungan antioksidan (flavonoid dan tokoferol) serta multi-mineral yang ada dalam Sarang Semut.

7. Haid dan keputihan

Proses pengobatan untuk keputihan dan melancarkan haid ada kaitannya dengan kandungan flavonoid, tanin, dan multi-mineralnya, terutama kalsium dan seng.

8. Melancarkan peredaran darah

Kandungan antioksidan yang tinggi (tokoferol dan flavonoid) dan multi-mineral yang terkandung dalam sarang memiliki peranan penting dalam melancarkan peredaran darah.

9. Migren (sakit kepala sebelah)

Untuk pengobatan migren berkaitan dengan fungsi kandungan flavonoid dan multi-mineral dalam Sarang Semut, khususnya kalsium, natrium, dan magnesium.

10. Penyakit paru-paru (TBC)

Pengobatan TBC terkait dengan peranan flavonoid yang terkandung dalam Sarang Semut yang berfungsi sebagai antivirus.

11. Rematik (encok)

Ini terkait dengan kemampuan flavonoid sebagai inhibitor enzim xanthine oxidase dan antioksidan serta tokoferol sebagai antioksidan dan multi-mineral yang terkandung dalam Sarang Semut.

12. Gangguan alergi hidung, mimisan, bersin-bersin

Senyawa-senyawa yang bertanggung jawab terhadap gangguan ini adalah antioksidan (tokoferol dan flavonoid) dan tanin.

13. Sakit maag

Seperti halnya TBC, yang berperan dalam pengobatan maag adalah flavonoid yang terkandung dalam Sarang Semut sebagai antibakteri.

Manfaat Tambahan Sarang Semut

Selain telah terbukti secara empiris dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti tersebut di atas, Sarang Semut juga dapat digunakan untuk untuk melancarkan dan meningkatkan ASI, memulihkan gairah seksual, dan memulihkan serta menjaga stamina.

1. Melancarkan dan meningkatkan ASI

Kandungan multi-mineral dari tumbuhan Sarang Semut diduga memiliki peranan yang penting dalam melancarkan dan meningkatkan produksi ASI, mempercepat proses pemulihan kesehatan ibu setelah melahirkan, dan memulihkan kewanitaan (sari rapet).

2. Memulihkan gairah seksual

Kandungan antioksidan yang tinggi (tokoferol dan flavonoid) dan multi-mineral dari tumbuhan Sarang Semut diduga memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan gairah seksual ini.

3. Memulihkan stamina tubuh

Kandungan antioksidan yang tinggi (tokoferol dan flavonoid) dan multi-mineral dais tumbuhan Sarang Semut diduga memiliki peranan yang penting dalam memulihkan kesegaran dan stamina tubuh.

(Sumber: Buku "Gempur Penyakit dengan Sarang Semut" Penulis Dr. Ir. Ahkam Subroto, Hendro Saputro)

Aneka Tipe TBC

Minggu, 04 Agustus 2013

Merebaknya kasus tuberkulosis (TBC) di Indonesia bukan hanya meresahkan, namun juga membingungkan. Mengapa? Karena terdapat banyak sekali klasifikasi TBC di literatur kedokteran. Sehingga bukan suatu hal yang aneh jika ada beragam aneka tipe TBC.
Marilah kita coba membahas satu per satu aneka tipe TBC sesuai dengan literatur dan tanpa adanya batas atau perbedaan yang bermakna. Nah, inilahaneka tipe TBC itu:
  1. Tuberkulosis (TBC) paru. TBC paru adalah penyakit tuberkulosis yang menyerang jaringan paru-paru, namun tidak menyerang selaput pembungkus paru-paru, yaitu pleura. Tipe TBC ini banyak sekali dijumpai di masyarakat. TBC tipe ini masih dibagi lagi menjadi TBC yang diperiksa berdasarkan hasil pemeriksaan dahak. Misalnya: TBC paru BTA positif dan TBC paru BTA negatif. TBC paru ada juga yang dibedakan berdasarkan tipe pasien yang telah dirawat sebelumnya. Ada yang dinamakan TBC kasus baru, TBC kasus kambuh (relaps), TBC kasus defaulted atau drop out, TBC kasus gagal, dan TBC kasus kronis (menahun) atau persisten.
  2.  TBC ekstra paru. Maksudnya TBC yang menyerang berbagai organ tubuh lainnya selain paru-paru. Misalnya menyerang selaput pembungkus paru-paru, selaput pembungkus otak dan otak, tulang, kelenjar getah bening, selaput pembungkus jantung (perikardium), organ pencernaan termasuk usus, kulit, ginjal dan saluran kemih, sistem persendian, organ kelamin, dan sebagainya.
  3. TBC milier. Istilah “milier” berarti mirip butiran padi atau jewawut. Dinamakan demikian karena memang ukuran lesinya kecil. TBC ini adalah hasil dari penyebaran TBC melalui penyebaran melalui aliran darah diikuti dengan “gerombolan” kuman yang relatif besar.
  4. TBC endobronkial. TBC jenis ini sering dijumpai pada anak, dapat terjadi dalam waktu tiga hingga sembilan bulan. TBC ini menyerang sistem saluran pernafasan yang disebut bronkus. TBC ini termasuk berat atau relatif sulit diobati karena sering disertai komplikasi.
  5. TBC diseminata. TBC tipe ini adalah hasil menyebarnya kuman TBC melalui pembuluh darah. Sering terjadi pada penderita yang sistem imun atau daya tahan tubuhnya rendah. Misalnya pada anak dan balita. TBC ini muncul sekitar dua hingga enam bulan setelah terjadi infeksi.
Demikian uraian tentang aneka tipe TBC. Semoga bermanfaat.

Sumber : http://artikeltentangkesehatan.com

TBC dan Hidup Normal

Penderita TBC pastilah membayangkan kondisi atau keadaan dengan TBC dan hidup normal. Ia pastilah tidak mau lekas meninggal dunia dan masih berharap usianya dapat produktif dan terus berkarya demi kemajuan bangsa dan negara ini. Ia juga berharap bisa cepat sembuh dan sebisa mungkin tidak usah mengkonsumsi obat. Secara psikologis, penderita TBC tidak mau diasingkan apalagi dikucilkan dari lingkungan pergaulannya.
Kondisi TBC dan hidup normal mudah sekali dirasakan penderita TBC. Dengan niat yang sungguh-sungguh disertai tekad serta kemauan yang kuat, apa sih yang tidak mungkin dilakukan? Nah, berikut ini tips TBC dan hidup normal:
  1. Minumlah obat secara teratur. Meskipun terasa berat, yaitu selama enam bulan berturut-turut, tapi hal ini memang sudah menjadi kewajiban penderita TBC agar dapat sembuh sempurna. Upaya dari Depkes juga sudah maksimal, yaitu memberikan pendamping atau pengawas minum obat. Jadi ini untuk memastikan bahwa penderita benar-benar meminum obat secara teratur dan tidak terlupa satu hari pun.
  2. Menjaga stabilitas dan meningkatkan imunitas atau sistem kekebalan tubuh. Selain dengan vaksinasi BCG, maka banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan imunitas tubuh. Berolahraga secara teratur, makan teratur, istirahat teratur, makan cukup buah dan sayur. Melakukan dietempat sehat lima sempurna. Mengkonsumsi vitamin dan mineral secara teratur, tentunya perlu berkonsultasi ke dokter agar dosisnya tepat.
  3. Pakailah tisu atau sapu tangan saat bersin atau batuk. Ini untuk mencegah orang lain tertular TBC. Tentunya sapu tangan itu harus sering-sering dicuci agar tidak terjadi autoinfeksi, yaitu diri sendiri tertular lagi oleh bakteri penyebab TBC (Mycobacterium tuberculosis).
  4. Hindari jajan di sembarang tempat. Mengapa tidak boleh? Karena bila penderita TBC sakit, maka penyakit TBC yang dideritanya tidak mudah untuk disembuhkan, bahkan cenderung menjadi berat, meskipun telah minum obat.
  5. Membatasi diri untuk berinteraksi dengan banyak orang, anak kecil, bayi, dan balita. Bukannya minder, melainkan ini juga agar tidak banyak orangyang tertular penyakit TBC.
Setelah membaca uraian di atas, maka TBC dan hidup normal mudah sekali dilakukan. Kuncinya sederhana: hidup sehat dan seimbang. Benar, kan?
Sumber : http://artikeltentangkesehatan.com

TBC dan Hubungannya dengan HIV/AIDS

Di belahan dunia sana, tepatnya di dataran benua Afrika, penyakit TBC merupakan salah satu penyebab kematian pada penderita infeksi HIV/AIDS. Bahkan di Amerika, sekitar 63% penderita HIV juga terinfeksi bakteri TBC. Mengapa demikian? Bagaimana TBC dan hubungannya dengan HIV/AIDS? Simak penjelasan berikut ini.
Pasien penderita infeksi HIV/AIDS mempunyai daya tahan tubuh yang sangat rendah. Hal ini karena virus HIV yang ada di tubuhnya menyerang sistem kekebalan tubuhnya. Akibatnya, selemah apa pun penyakit yang menyerang tubuhnya, sistem kekebalan tubuhnya bahkan tidak bisa menangkal. Apalagi terhadap serangan bakteri TBC yang sangat kuat. Penderita penyakit infeksi HIV/AIDS sudah pasti akan menyerah. Dengan begitu, dia pasti akan menjadi penderita penyakit TBC aktif yang parah. Dan tak heran, penyakit ini akhirnya membawa mereka pada kematian.
Pengujian ada tidaknya penyakit dalam tubuh pasien HIV/AIDS dilakukan dengan tes tuberculin dan juga tes darah sedini mungkin. Sebagaimana tadi dijelaskan, hal ini karena mereka merupakan kalangan yang berisiko tinggi terkena infeksi bakteri penyebab penyakit TBC. Tak hanya untuk mencari peyakit TBC aktif, TBC laten pun harus selalu dipantau. Sehingga pengecekan penyakit TBC dilakukan setiap tahun.
Pencegahan TBC pada penderita HIV/AIDS dilakuan dengan program multidrug resisten TBC (MDR TBC). Obat yang diberikan setidaknya ada dua jenis, yaitu isoniasid dan juga rifampin. MDR TBC merupakan sebuah program pengobatan yang sangat sulit. Program ini juga sangat fatal (mematikan). Akan tetapi demi kesembuhan penyakit TBC pada penderita HIV/AIDS, setiap negara harus melakukannya.
Sebagai bentuk kelanjutan dari program MDR TBC, di Amerika ada program pencegahan TBC yang cukup ekstrim. Namanya adalah directly observed therapy (DOT). Yaitu sebuah pencegahan/pengobatan para pekerja kesehatan yang menangani pasien kasus TBC agar selalu sehat. Pengonsumsian obatnya dilakukan dengan pengawasan secara langsung saat mereka mengonsumsinya.
Oleh karena penderita penyakit TBC dan hubungannya dengan HIV/AIDS sangat dekat, penderita HIV/AIDS mendapatkan pengawasan yang ketat. Hal ini tentu saja agar pasien HIV AIDS tidak terancam meninggal akibat komplikasi penyakit TBC.
Itulah penjelasan berbagai hal. Baik mengenai TBC dan hubungan dengan HIV/AIDS maupun yang lainnya. Semoga bermanfaat.

Sumber : http://artikeltentangkesehatan.com

Penyakit TBC bisa menimpa siapa saja. Tak terkecuali dengan ibu hamil. Bahkan, ibu hamil yang memang sedang dalam keadaan rentan akibat daya tahan tubuhnya yang sedang menurun, sangat berisiko terkena serangan TBC. Baik TBC laten maupun TBC aktif. Seperti apakah risiko TBC dan kehamilan itu? Yuk kita simak semuanya dalam uraian berikut ini.
Seorang ibu yang sedang hamil dan mengidap penyakit TBC, jika TBC-nya itu tidak diobati dengan benar, dia akan berisiko melahirkan bayi yang prematur atau melahirkan bayi yang berpenyakit TBC juga.
Untuk mengetahui ada tidaknya penyakit TBC pada tubuh ibu hamil, perlu dilakukan pengetesan. Tesnya berupa tes tuberculin, tes ada tidaknya bakteri Mycobacterium tuberculosis di dalam darah, atau tes yang lainnya. Akan tetapi utuk ibu hamil lebih aman menggunakan tes darah. Tes ini bisa memberikan hasil positif tidaknya ibu hamil terinfeksi TBC baik fase laten maupun fase aktif.
Pengobatan TBC untuk ibu hamil dan orang biasa itu berbeda. Hal ini didasarkan pada tingkat bahaya tidaknya obat terhadap janin bayi yang dikandungnya. Dokter biasanya memberikan obat berupa isoniasid (INH) setiap hari atau 2 kali seminggu selama 9 bulan kehamilan untuk ibu hamil yang menderita TBC laten (Laten TB Infection = LTBI). Selain itu, mereka juga diberi suplemen piridoksin (vitamin B6). Adapun untuk ibu hamil penderita penyakit TBC aktif, dokter biasanya memberi INH, rifampin (RIF), dan juga etambutol (EMB) setiap hari selama 2 bulan yang diikuti INH dan RIF per hari atau dua kali seminggu selama  bulan berikutnya.
Dokter mengatakan bahwa selain obat-obatan yang tersebut di atas, obat lain akan membahayakan janin di dalam perut ibunya. Misalnya saja seperti sterptomisin, kanamisin, amikasin, kapreomisin, dan fluoroquinolones. Sehingga jika sakit apapun, tak hanya TBC, ibu hamil harus selalu berkonsultasi dengan dokter mengenai obat yang dikonsumsinya.
Pengobatan TBC dan kehamilan berlanjut setelah si ibu melahirkan. Jika si ibu hamil yang menderita TBC laten melahirkan, dia masih bisa menyusui bayinya dengan ASI. Hal ini karena konsentrasi obat yang ada di dalam ASI-nya sangat sedikit untuk menyebabkan racun. Dan ini juga berarti tidak efektifnya pengobatan bayi yang mengidap TBC laten melalui ibunya lewat ASI. Jadi di sini, walau pun si ibu menyussi, jika si ibu belum sembuh TBC-nya, si ibu bisa mengonsumsi INH dan juga piridoksin.

Lain halnya jika si ibu menderita TBC aktif, apalagi sudah di level parah. Tidak memberi ASI ditengarai bisa menjadi jalan yang aman buat bayinya. Tentu saja karena obat yang dikonsumsinya berkemungkinan menjadi racun bagi bayinya.
Itulah sekelumit hal tentang TBC dan kehamilan. Semoga bermanfaat.

Sumber : http://artikeltentangkesehatan.com

Penyebab Penyakit TBC

Penyebab penyakit TBC adalah bakteri yang disebut Mycobacterium tuberculosis. Nama lainnya adalah Tubercle bacillus Koch 1882. Bakteri ini pertama kali berhasil diidentifikasi oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882. Permukaan bakteri ini dilapisi lemak yang terbuat dari asam mikolat. Uniknya lagi, bakteri ini bersifat sangat aerobic, yaitu: sangat memerlukan kadar oksigen yang tinggi untuk metabolisme tubuhnya.
Bila dilihat dari taksonominya, bakteri penyebab penyakit TBC ini termasuk kerajaan Bacteria, filum Actinobacteria, kelas Actinobacteria, ordo Actinomycetales, subordo Corynebacterineae, famili Mycobacteriaceae, dan genus Mycobacterium.
Selain penyebab penyakit TBC, ada hal lain yang juga berperan penting di dalam perkembangan penyakit TBC, yaitu: faktor risiko. Ada berbagai faktor risiko lingkungan yang berperan penting sehingga bagi masyarakat awam, hal ini seolah juga merupakan penyebab penyakit TBC.
  1. Ventilasi rumah. Penderita TBC cenderung tidak memiliki sistem ventilasi rumah yang baik. Sehingga memudahkan berkembangnya bakteri penyebab penyakit TBC.
  2. Perilaku penderita atau masyarakat yang tidak menutup mulut saat batuk, padahal TBC ditularkan melalui udara dan percikan air liur atau dahak pada saat batuk.
  3. Pencahayaan. Banyak sekali rumah penderita TBC yang memiliki pencahayaan yang buruk, bahkan banyak yang tidak ada pencahayaan sama sekali. Seperti rumah-rumah di pemukiman kumuh. Tentunya hal ini amat disayangkan, sebab mudah sekali memperberat TBC.
  4. Suhu dan kelembaban. Suhu dan kelembaban rumah penderita TBC biasanya tidak memenuhinya persyaratan untuk disebut sebagai rumah sehat. Perlu diketahui, rumah sehat memiliki suhu rata-rata 30,84 derajat Celsius dan kelembaban rata-rata 70,38%.
Melemahnya sistem imun atau kekebalan tubuh juga merupakan salah satu faktor risiko yang memperberat penyakit TBC. Beberapa diantara penyakit dan medikasi atau obat-obatan yang dapat melemahkan sistem imun itu antara lain: HIV/AIDS, usia lanjut, malnutrisi atau kurang gizi, kencing manis atau diabetes mellitus, beberapa obat untuk mengobati radang sendi (rheumatoid arthritis), penyakit Crohn, dan psoriasis, obat-obatan untuk mencegah penolakan (rejeksi terhadap berbagai organ yang ditransplantasikan), dan kondisi penyakit ginjal stadium akhir.

TBC Kelenjar pada Anak

Salah satu tindakan pencegahan terhadap penyakit TBC pada anak adalah dengan memberikan suntikan vaksin BCG ketika anak masih kecil. Suntikan ini sebagai bagian dari rangkaian pemberian imunisasi pada anak yang dicanangkan oleh pemerintah. Penyakit TBC ini punya berbagai macam jenisnya, diantaranya adalah TBC kelenjar.

Apakah Anda tahu yang dimaksud dengan TBC kelenjar pada anak?

Penyakit TBC tidak hanya menyerang bagian paru-paru saja. Bisa juga menyerang bagian kelenjar getah bening yang gejalanya bisa dilihat di bagian leher. Bukan hanya orang dewasa yang harus waspada pada penyakit ini. Anak lebih rentan terkena berbagai macam penyakit dan penyakit TB ini bisa muncul akibat anak menghirup udara yang mengandung bakteri TB. Namun begitu, TB pada anak tidak menular.
Bakteri TB yang menginfeksi tubuh anak berada di dalam kelenjar dan tidak dalam keadaan terbuka. Berbeda dengan TB pada orang dewasa, berada di bagian paru-paru sehingga memiliki jalan keluar melalui nafas. Anak biasanya terinfeksi kuman atau bakteri TB ini dari orang dewasa yang punya penyakit TB kemudian batuk atau percikan ludahnya memenuhi udara yang sama dimana anak tersebut berada.
TBC kelenjar pada anak bisa dilihat jika anak mengalami pembengkakan di bagian lehernya. Bengkaknya bisa melebihi orang yang punya penyakit gondok. Bisa juga bengkak tersebut pecah kemudian mengeluarkan nanah dan darah. Kondisi ini disebut sklofuloderma. Untuk meyakinkan apakah gejala pembengkakan itu benar penyakit TB maka pasien harus menjalani berbagai pemeriksaan sesuai saran dokter.
Pemeriksaan lab akan dilakukan dengan teliti karena tingkat penderita TBC kelenjar di Indonesia termasuk tinggi. Dokter akan melakukan pemeriksaan histopatologi pada kelenjar getah bening untuk memastikan adanya penyakit ini. Gejala awal penyakit ini tidak terlalu terlihat karena gejalanya biasa saja seperti penyakit flu biasa. Demam akan muncul namun tidak terlalu tinggi, biasanya sekitar 38 derajat celcius Anak dengan TBC kelenjar akan merasakan tidak enak badan, berkeringat di malam hari dan mengalami penurunan berat badan yang cukup signifikan.

Namun perlu diperhatikan, gejala yang biasa seperti ini akan membaik hanya sesaat dan setelah itu pasien akan tetap merasa lelah dan tidak enak badan berkelanjutan. Jadi jangan terlalu cuek karena TBC kelenjar pada anak punya gejala awal yang biasa, tidak unik. Mari, jaga kesehatan anak.

Sumber :  http://artikeltentangkesehatan.com

 
Copyright 2010 Info Kesehatan Medis & Non Medis. All rights reserved.
Themes by Ex Templates Blogger TemplatesCoolbthemes.com - Home Recordings - Studio Rekaman